Pages

Jumat, 30 September 2011

Instruksi Pembelajaran berbasis bloom taxonomy

Seorang guru yang profesional, tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas,  tetapi harus memiliki instruksi yang baik, juga rencana pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Sehingga konsep materi tersampaikan secara effektif.
          Instruksi yang baik adalah instruksi yang jelas dan mudah dimengerti. Karena dengan demikian kita bisa mengetahui apakah pembelajaran yang disampaikan berhasil atau tidak. Dalam membuat rencana pembelajaran, guru harus memperhatikan tingkatan-tingkatan yang ada pada Bloom Taxonomy. Taksonomi Bloom menyediakan struktur yang sangat baik untuk merancang, menilai dan mengevaluasi efektivitas pelatihan dan pembelajaran. 
Tujuan dari tingkatan taxonomi adalah untuk memperoleh wawasan yang lebih luas tentang tujuan instruksional. Dengan demikian dosen atau pun guru dapat memilih mana yang sesuai dengan mata kuliah  yang diasuhnya dan kegiatan instruksional yang direncanakannya.
     Adapun tingkatan-tingkatan taxonomi yang dimaksud adalah:
  1. Mengingat: Mengingat kembali informasi yang telah siswa peroleh sebelumnya.
  2. Pemahaman: dalam tingakatan ini, siswa diharapan memahami ide-ide dan menggunakan beberapa ide-ide yang relevan tanpa perlu menghubungkan ide-ide lain dengan gejala implikasinya.
  3. Aplikasi: siswa mampu mendemonstraksikan pemahaman yang mereka dapat
  4. Analisis: Kemampuan untuk memilih struktur iformasi kedalam komponen-komponen yang berhubungan.
  5. Evaluasi: Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara, atau methode.
  6. Berkreasi: kemampuan membuat sesuatu produk, ide atau cara yang baru
Penulis : kelompok 2

Sabtu, 24 September 2011

 maaf teman-teman diriku ada masalah dlm berkomentar jd koment aq aq post ..maaff ,,

nice topic ..
wah hebat teman2 dengan argument masing2 yg kuat ..
saya juga mw ikut suara ya..
kita semua sbenarnya sdah mempelajari bnyak teori di EP mengenai mendidik anak termasuk reinforcemt dan punishment ..menurut aq disini bukan yg mana yg lbh baik menggunakan pujian atw hukuman..reinforcmnet dan punishment tidak bisa dkatakn yg mana yg lbh baik tetapi lbh tepatnya penggunaan keduanya tersebutlah yg harus diperhatikan apakah pantas dan sesuai diberikan..krn kita jg sudah belajar tahap seorang anak belajar..setuju dg komen indah cntohya pd saat ank baru mengenal sebaiknya gunakan reinforment postf untuk membuat rasa percyadri dlm bljar ..nmun selanjutnya sesuaikan dg tahap anak tersebut ..
GUNAKAN REINFORCMENT DAN PUNISMENT SEBIJAK MUNGKIN DAN SELAYAK MUNGKIN ..BUKAN MASALAH YG MANA YG BAIK TP MASALAH KPAN HRUS DGUNAKANNYA ,.

THX
SINTHA KUSUMA WARDHANI
2010110014

Jumat, 23 September 2011

Pilih Reward atau Punishment dalam Mendidik Anak ?


Pilih Reward atau Punishment dalam Mendidik Anak ?

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jack Canfield (salah seorang penulis chicken soup for the soul) tahun 1982, yang meneliti tentang kehidupan dari seorang anak sejak bangun dari tidur hingga tidur kembali didapat bahwa rata-rata dalam sehari anak menerima 460 komentar negatif dan hanya 75 komentar positif.

Seorang ahli psokologi Burhus Frederick Skinner  menemukan bahwa dalam membentuk sikap dapat menggunakan reinforcement dimana reinforcement  tersebut dibagi menjadi 2,yaitu reinforcement positif berupa reward dan reinforcement negative berupa punishment. Bentuk dari reward adalah dengan memberikan pujian, memberikan hadiah,dan hal-hal yang bisa membuat siswa merasa dihargai dan termotivasi. Bentuk dari punishment adalah seperti dengan mencela dan hal-hal yang bisa membuat siswa merasa jatuh akan rasa percaya dirinya. 

Dapat dilihat dari kedua penelitian tersebut bahwa manfaat dari pemberian reward lebih efektif daripada punishment dalam mendidik siswa. Hal ini dikarenakan manfaat dari reward sendiri adalah siswa dapat termotivasi untuk membentuk karakter yang diharapkan dan belajar mengenali lingkungan disekitarnya.
Tetapi, masalah disini adalah ketika siswa terbiasa dengan pemberian reward, apakah hal ini akan menjadi efektif dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya?. Jika siswa selalu diberikan reward ketika mereka melakukan/menyelesaikan suatu tugas, siswa akan selalu mengharapkan hadiah. Siswa akan terfokus hanya pada reward, sedangkan makna dari proses belajar mengajar itu sendiri tidak dapat tersalurkan secara efektif.

Lalu, bagaimana dengan pemberian punishment kepada siswa, apakah hal ini akan berpengaruh sama seperti ketika diberikan reward?, sedangkan punishment itu sendiri merupakan suatu tindakan yang lebih mengarah kepada hal-hal yang kurang baik. Yangmana  sebenarnya, maksud dari pemberian punishment itu sendiri yaitu untuk memberikan efek jera kepada siswa. Tetapi juga tidak dapat dipungkiri bahwa akibat dari pemberian punishment itu sendiri juga akan mengganggu rasa kepercayaan diri siswa tersebut. 

Dari pernyataan yang dikemukakan diatas, antara reward dan punishment memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kita diperbolehkan menggunakan kedua cara tersebut guna mendidik anak. Tetapi, kita harus memperhatikan bagaimana situasi dan kondisi dari siswa tersebut. Ketika mereka melakukan kesalahan jangan langsung memberikan punishment tetapi kita sebagai guru mesti memahami apa yang terjadi. Sedangkan untuk reward, jangan memberikannya secara rutin dan mengumbar janji karena siswa akan selalu mengharapkannya.