Pages

Sabtu, 26 November 2011

Penilaian (Assessment)




Menurut Djemari Mardapi (dalam Junaedi, 2008) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Sedangkan pengukuran dalam dunia pendidikan sebagaimana disampaikan Cangelosi (dalam Junaedi, 2008) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati apa yang telah dilakukan siswa dan kesesuaiannya terhadap tujuan pembelajaran. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan serangkaian proses yang tidak dapat dipisahkan dan harus dilakukan secara berurutan. Dimana evaluasi merupakan tahap akhir dari proses pengukuran dan penilaian itu sendiri. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran (Kurniawan, 2009). Dalam bidang pendidikan, evaluasi sebagaimana dikatakan Gronlund (dalam Junaedi, 2008) merupakan proses yang sistematis tentang mengumpulkan, menganalisis dan menafsirkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa.
Dalam melakukan serangkaian proses penilaian diatas, dibutuhkan sebuah instrument untuk memastikan objektifitas dari hasil penilaian. Instrumen penilaian merupakan bagian dari pengukuran. Dimana setiap detail konsep yang tersusun didalam instrument penilaian haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian sangatlah penting karena didalamnya kita dapat mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.
 “Sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran sehingga pada gilirannya akan mampu membantu guru merencanakan strategi pembelajaran. Bagi siswa sendiri, sistem penilaian yang baik akan mampu memberikan motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuannya” (Junaedi, 2008)
Evaluasi memiliki arti yang tidak kalah penting dari dua tahap sebelumnya. Melalui evaluasi inilah kita sebagai guru dapat menentukan metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan kepada siswa, dan melihat efektifitas dari pembelajaran yang telah terlaksana. Setiap proses pembelajaran haruslah dilengkapi dengan evaluasi pada setiap akhir prosesnya. Dengan kata lain evaluasi dilakukan terus menerus dan berkesinambungan. Data dan Informasi yang akurat adalah landasan terpenting dari sebuah evaluasi.    
                Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengukuran, penilaian, dan evaluasi merupakan serangkaian proses yang penting untuk dilakukan secara berkesinambungan. Penilaian yang baik adalah penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat memotivasi siswa. Penilaian bertujuan untuk melihat efektifitas dari proses pembelajaran dan mengukur pemahaman siswa berdasarkan ketercapaian tujuan pembelajaran.

Penulis: Wiayarsih, Khoirul Umam, Redyta Amalia, Fransiska Indah Kristiani


Jumat, 04 November 2011

Kelompok 4_A4_PETA



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berkarakter Bangsa

Tahukah Anda mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berkarakter bangsa? Kini, gencarnya pengembangan RPP berkarakter bangsa turut menjadi perhatian bagi kalangan pendidikan. Tapi tidak sedikit pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan seperti guru yang masih belum paham mengenai RPP tersebut. Hal demikian disebabkan kemungkinan  kurangnya sosialisai mengenai pemahaman pendidikan karakter beserta implementasinya.
 RPP berkarakter bangsa merupakan RPP yang telah mengalami penambahan  format, dimana RPP tersebut mengarah kepada pembentukan dan pengembangan karakter siswa. Seperti didalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang berisi  bahwa  “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Berdasarkan UU ini, maka pemerintah membentuk sebuah RPP berkarakter guna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, tidak hanya dalam segi konten, tetapi juga dalam segi pedagogikal.
RPP pendidikan karakter bangsa memiliki 18 karakter yang ditentukan pemerintah, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, cinta/peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. 18 karakter pendidikan karakter ini diharapkan dapat diimplementasikan di dalam sekolah, terutama dalam aktivitas kelas.
Pendidikan karakter dalam sekolah sangat penting dilakukan oleh pihak sekolah, terutama guru. Mengapa demikian, karena guru menjadi sektor penting dalam menanamkan nilai pendidikan karakter di dalam kelas. Tetapi pada kenyataannya, berdasarkan pengalaman mahasiswa keguruan yang melakukan observasi sekolah melihat bahwa tidak sedikit guru yang masih menggunakan cara lama dalam proses pembelajaran. Singkatnya bahwa para guru tersebut hanya mengikuti pemerintah untuk membuat sebuah RPP berkarakter, tetapi dalam implementasinya belum terlaksana.
Penerapan RPP berkarakter ini memang belum dapat dilaksanakan dengan maksimal, apabila dilihat dari kurikulum pembelajaran yang dibuat oleh pemerintah. Banyaknya materi yang harus disampaikan sesuai kurikulum terkadang membuat seorang guru terlalu fokus mencapai materi, sehingga untuk mengimplementasikan RPP pendidikan karakter dirasakan sulit. Hal ini dikarenakan, dalam mewujudkan RPP pendidikan karakter dibutuhkan perencanaan yang matang dari seorang guru dalam bentuk RPP. Melalui RPP guru diharapkan dapat merancang sebuah kegiatan kelas yang dapat memasukkan nilai-nilai penndiidkan karakter. Salah satu contoh penerapan nilai karakter, yaitu kerja sama, dari aspek tersebut guru dapat membuat diskusi grup. Diskusi ini melatih para siswa untuk saling bekerja sama, bertanggung jawab secara individual maupun kelompok, kerja keras, komunikasi, dll. Semua tergantung tujuan masing-masing kegiatan yang lebih spesifik.
Selain itu, tidak hanya melalui aktivitas kelasnya. Akan tetapi, guru juga mempunyai peranan penting memberikan contoh yang baik, sehingga hal ini juga termasuk dalam implementasi  RPP pendidikan  karakter. Contohnya adalah ketika seorang siswa melanggar peraturan kelas bersama yaitu Hp salah satu siswa bordering ketika pelajaran berlangsung, guru tersebut tetap membimbing muridnya untuk melaksanakan sebuah pertanggungjawaban apa yang dilanggar. Hal ini dapat dilihat, bahwa seorang guru harus menanamkan nilai-nilai untuk berani tanggung jawab serta berkomitmen terhadap apa yang telah dibuat. Begitu pula ketika guru terlambat masuk kelas, seorang guru harus berani meminta maaf kepada siswanya atas keterlambatannya. Dengan demikian mengajarkan siswa, bahwa ketika kita salah haruslah minta maaf dan hal itu juga berrati kita menghargai orang lain yang tepat waktu.
Dengan memahami tujuan dan implementasi yang sebenarnya dari RPP pendidikan karakter Bangsa, diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Tidak hanya dituangkan dalam sebuah RPP penenaman nilai pendidikan karakter, melainkan nilai-nilai ini disampaikan tersirat oleh seorang guru, dimana guru adalah seorang pendidik yang akan menjadikan seorang anak menjadi pemimpin masa depan yang mempunyai moral-moral yang mulia dan dapat dibanggakan.


Penyusun :
1. Ayu Y.
2. Deshinta P
3. Iis R
4. Umi S