Pages

Sabtu, 14 Januari 2012

Peran Games dalam Pembelajaran


­­

                Penggunaan games dalam pembelajaran memang sudah tidak asing lagi. Sebagai guru, terkadang kita menggunakan games dalam kegiatan belajar mengajar dengan beberapa tujuan. Penggunaannya pun dapat dilihat dengan beberapa cara pandang, seperti games sebagai assessment, games sebagai pengantar suatu materi yang akan dibahas, hingga games sebagai review dalam suatu materi. Ketika penggunaannya sebagai pengantar suatu materi, diharapkan games tersebut dapat memotivasi siswa untuk menemukan titik aman dan memiliki rasa ingin tahu sehingga mampu memperdalam materi yang akan dibahas. Sedangkan ketika games digunakan sebagai assessment, games tersebut dapat diharapkan mampu mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dibahas. Dalam penggunaannya sebagai games dalam suatu materi juga sama halnya dengan penempatannya sebagai assessment dengan catatan pada penggunaannya ini tidak dipungkiri membutuhkan penggunaan prior knowledge bagi siswa.
                Namun ketika kita menggunakan games dalam pembelajaran, tentunya kita tidak hanya memperhatikan tujuan yang akan kita capai melalui games tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan waktu yang berjalan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena bagaimanapun penjelasan tentang materi dapat dikatakan penting guna membentuk dan meningkatkan pemahaman siswa, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa games-games tertentu dapat menjadi sebuah alternatif pembelajaran (penjelasan) bagi siswa.
Games sebagai sebuah alternatif inilah yang diharapkan selain mampu membentuk dan meningkatkan pemahaman siswa, juga dapat mencapai keefektivitasan dalam kegiatan belajar mengajar. Pencapaian efektivitas belajar tersebut dapat dilihat melalui atmosfer kelas yang terbentuk ketika games tersebut berjalan. Selain games yang diharapkan dapat mencapai keektivitasan kegiatan belajar mengajar, peran guru dan siswa juga sangatlah penting dalam hal tersebut.

*Wiyarsih .. Khoirul Umam .. Redyta Amalia .. Fransiska Indah
               
               

Guess (Menabak) and Check (Mengecek)


Masih ingatkah materi pelajaran yang kita lakukan minggu lalu? Dan yang paling penting adalah aktifitas yang kita lakukan? Ya, kegiatan yang kita lakukan adalah menebak/ interpretasi (guess) dan memeriksa/ pengecekan (check), atau yang di sebut dengan polya. Pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai, (Polya, 1985). Sedangkan menurut utari (1994) dalam (hamsah 2003) mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan didalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Fase memahami masalah tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, selanjutnya para siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi.
Penyelesaian masalah, dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa lebih kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah, jika rencana penyelesaian satu masalah telah dibuat baik tertulis maupun tidak. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat. Dan langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari fase pertama hingga hingga fase ketiga. Dengan model seperti ini maka kesalahan yang tidak perlu terjadi dapat dikoreksi kembali sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Maka dapat disimpulkan manfaat dari guess/ menabak and check/mengecek.
1.      Dapat mengukur pemahan siswa, karena soal ini bersifat langsung maka guru dapat mengetahui seberapa paham siswanya terhadap materi yang diajarkan.
2.      Dapat menjadi ringkasan bahan dari semua topik, dimana guru dan siswa melakukan kegiatan tanya  jawab langsung sebuah soal, keyword, atau kegiatan yang kita lakukan minggu kemarin dan  lain-lain.
3.      Setelahnya dapat menjadi bahan riview bagi siswa tentang topik-topik uyang telah dipelajari dan menjadi bahan sharing terhadap teman-teman yang lain dan guru.

Namun ini juga dapat menjadi bahan kekurangan jika hanya melakukan penebakan dan pengecekan sekilas karena siswa kurang mendalam dalam pemahaman materi. Berbeda bila mereka setelah guess and check langsung melakukan pendalaman materi dengan banyak belajar dan membaca topik, tentu pemahaman konsep.


Diyanta Wiga Pratama, Septy Cartika Sari, Devi Heryanti dan Achmad Fikri Al - Fatah

Minggu, 08 Januari 2012

Benarkah Pre-Assessment itu penting?


                Berpedoman pada sangat pentingnya pelaksanaan Assessment bagi efektivitas pembelajaran di kelas, terdapat beberapa bentuk Assessment yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan utama pelaksanaannya. Bentuk-bentuk Assessment tersebut yaitu Assessment yang dilakukan diawal proses pembelajaran (pre-assessment), Assessment selama proses pembelajaran berlangsung (During Assessment) dan Assessment yang dilaksanakan diakhir pembelajaran (Post Assessment). Ketiga bentuk Assessment tersebut masing-masing memiliki tujuan yang sangat penting dan saling melengkapi satu sama lain. Namun pada pembahasan kali ini, kita akan berfokus pada tujuan preassessment dan persiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah melaksanakan pre-assessment.
                Proses penilaian yang dilakukan diawal pembelajaran sebuah materi atau yang sering dikenal dengan pre-assessment, memiliki tujuan yang sangat penting bagi kelancaran dan efektivitas proses pembelajaran di kelas. Seperti apa yang diinformasikan oleh Federick County Public Schools dalam websites-nya, tujuan dari pre-assessment yakni untuk membantu guru dalam menentukan rencana pembelajaran yang ditujukan untuk menghadapi kesiapan siswa yang beragam. Diharapkan hasil dari pre-assessment dapat memberikan gambaran kepada guru mengenai kesiapan siswa dalam menjalani proses pembelajaran, baik tentang prior knowledge siswa ataupun tentang kemungkinan-kemungkinan masalah yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari topik tertentu.
                Melalui pre-assessment, guru dapat mengetahui tingkat pemahaman dan harapan siswa sebelum menjalani proses pembelajaran. Hal ini dapat membantu guru dalam menentukan materi pembelajaran mana yang masih perlu dperkuat atau bahkan materi pembelajaran mana yang sudah sangat dipahami siswa sehingga tidak perlu dijelaskan ulang. Itu berarti pre-assessment membantu guru untuk memanfaatkan waktu pembelajaran secara maksimal karena guru dapat menghindari pengulangan pembahasan materi yang sudah siswa kuasai.
                Guru dapat memanfaatkan pre-assessment sebagai bahan untuk mencari tahu gaya belajar dan ketertarikan siswa terhadap sebuah materi. Hal ini memudahkan guru dalam menentukan alternatif pemecahan masalah yang harus dilakukan untuk menangani kemungkinan-kemungkinan masalah yang akan dihadapi. Sebagai contoh, guru dapat membentuk grup belajar yang terdiri dari berbagai siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Grup belajar ini ditujukan untuk memfasilitasi siswa-siswa dalam berdiskusi dan bekerjasama dalam memahami materi pelajaran. Hasil pre-assessment dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam menentukan pembentukan grup belajar tersebut untuk mengoptimalkan pelaksanaan diskusi kelompok. Selain itu, dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat membuat perencanaan desain pembelajaran yang jauh lebih menarik, relevan namun juga mampu memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
                 
Sumber :
fcpsteach.org/docs/pre-assessment.pdf

Sabtu, 17 Desember 2011

Pentingkah memberi “feedback” kepada siswa?



           
            Sebagai calon guru, kita harus mengetahui cara, tentang bagaimana melakukan sebuah peninjauan terhadap tingkat pemahaman dan perkembangan siswa kita. Hal tersebut, sangat berkaitan erat dengan kemampuan seorang guru dalam memberikan sebuah pertanyaan yang memancing dan memicu jalannya pemikiran dari para siswanya. Pentingnya seorang guru memberikan sebuah pertanyaan pancingan, karena hal tersebut sangat membantu kelancaran jalannya keaktifan interaksi antara guru dan para siswa. Interaksi aktif yang dibangun antara guru dan siswa, sehingga disela keaktifan interaksi tersebut, guru dapat menggunakan kesempatan itu sebagai jalan untuk melakukan sebuah penilaian terhadap para siswanya dan juga melakukan peninjauan terhadap tingkat pemahaman para siswa, ketika berlangsungnya kegiatan interaksi pembelajaran didalam kelas.
            Tentunya, kegiatan pembelajaran yang berlangsung didalam kelas itu, sangatlah banyak disibukkan dengan berbagai aktivitas. Mulai dari pemberian materi, diskusi, pemberian latihan soal, dan masih banyak lainnya. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung cukup banyak tersebut, yangmana tidak dapat dipungkiri bahwa akan adanya proses “trial” dan “errors” yang dilakukan oleh para siswa, ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
            Berdasarkan pada pernyataan diatas, yangmana akan adanya proses “trial” dan “errors”, yang dilakukan oleh para siswa, maka disinilah peranan seorang guru mulai beraksi, yangmana guru dapat memberikan feedback kepada para siswanya tersebut. Memberikan feedback, bisa dilakukan dengan cara memberi komentar, sehingga hal tersebut akan memberikan ruang bagi siswa untuk memperbaiki kekurangannya itu. nantinya siswa berkesempatan untuk melakukan perbaikan. Tentunya sudah pasti, bahasa penyampaian yang digunakan pun, haruslah bahasa yang positif, yangmana tidak ada unsur yang akan membuat self-esteem seorang siswa menjadi menurun.
            Perlu kita ketahui bersama, bahwa ada tujuh prinsip-prinsip feedback. Diantaranya yaitu, 1. membantu mengklarifikasi seberapa bagus penampilan, 2. memfasilitasi pembentukan penilaian terhadap diri sendiri dalam proses belajar 3. menyampaikan kualitas informasi yang bagus kepada siswa tentang proses pembelajaran 4. Mengandung dialog dengan guru dan teman dalam proses belajar 5. Mengandung motivasi positif dan kepercayaan diri siswa, 6. menyediakan kesempatan untuk menutup “gap” antara penampilan yang ada dan penampilan yang diinginkan 7. menyediakan informasi untuk guru yang dapat digunakan untuk membentuk proses membelajarkan. Dari ketujuh prinsip-prinsip diatas, semoga dapat membantu kita, yangmana merupakan calon guru masa depan untuk dapat menerapkan ketujuh prinsip tersebut.


jefri, dwi dan tyas

Jumat, 09 Desember 2011

Diyanta Wiga Pratama_2010110044_FORMATIVE VS SUMMATIVE

Formative Assessment
Formative assessment is the assessment made on a continuous basis, ie during the process of teaching and learning, to assess the harmony of teaching and learning student teachers for each subject being taught. The goal of Formative assessment is to gather feedback That can be used by the instructor and the students to guide improvements in the ongoing teaching and learning context, improving the teaching learning, improve student achievement at the end of a lesson, see the weaknesses in the delivery of teacher or mastery of students, then students can master the correct order to better help students master the subject matter or something units of learning and motivation in achieving a better, teachers can also determine a better approach in the delivery.
Summative assessment
Summative assessment is the assessment made by the end of instruction (end of semester / end of year), which aims to assess the ultimate achievement of students. In contrast to the more formative assessment devote to his assessment of student mastery in something of topics, summative assessment aims to determine student achievement at the end of the semester or year-end. Summative evaluation conducted after the program ends. The purpose of summative evaluation is to measure the achievement of the program. Given that the target object and the execution time difference between formative and summative evaluation of the scope of the evaluated target is also different. The goal of summative assessment is to measure the level of success or proficiency That has been obtained at the end of an instructional unit, by Comparing it against some standard or benchmark, helping individual students improve achievement, provide greed to his disciples, students based on achievement of learning, knowing skill and finesse that is owned by the student, showing the achievement of different ranks to follow collection.